Perkembangan intelektual sering
juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan degan istilah perkembangan
kognitif. Berbicara mengenai perkembangan intelek atau kognitif, seringkali
tidak dapat dipisahkan dari seorang pelopor psikologi kognitif yang bernama
Jean Piaget. Piaget lah yang menyusun kemampuan berfikir manusia menurut
tingkatan-tingkatan sesuai dengan perkembangan umur manusia. Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern.
Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan
ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Kecerdasan ini terletak
di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan
yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan
memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para
pakar psikologis dengan “What I Think“.
Perkembangan
kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses
memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental
berfikir, menimbang, mengamati, mengingat menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi
dengan lingkungan.
Pengertian
perilaku intelekual ada kaitannya dengan konsep intelegensi. Ia bukanlah
substansi atau kekuatan, yang terletak dalam baggian tertentu dari tubuh
seseorang, melainkan penyifatan kualifikasi perilaku individu yang menyatakan “intellect put to use” (intelek yang
digunakan). Individu memperoleh kecakapan dan kecerdasan bukan karena
kelahirannya semata-mata, melaikan juga karena perkembangan dan pengalamnnya.
Memang ia dianugrahkan potensi dasar atau kapasitas untuk berperilaku
intelektual. Intelek dapat dideteksi dengan meningidentifikasi indicator-indikator
yang dimanifestasikan dalam kualifikasi.
Witheringtton
(1952) menunjukan lebih terperinci manifestasi dari indicator-indikator
perilaku intelektual itu, antara lain:
· Kemudahan dalam menggunakan bilangan
· Efisiensi dalam berbahasa
· Kecepatan dalam pengamatan
· Kemudahan dalam mengingat
· Kemudahan dalam memahami hubungan
· Imajinasi
Seperti yang
telah di singgung di atas, ntelegensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan
yang dimaksudkan dalam istilah intelektual, yang menggambarkan kemampuan seseorang
dalam berpikir dan bertindak. Berhubungan dengan masalah kemampuan itu, para
ahli psikologi telah mengembangkan berbagai alat ukur (tes intelegensi) untuk
menyatakan tingkat kemampuan berpikir dan intelegensi seseorang. Salah satu tes
intelegensi yang terekenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alfred Binet
(1857-1911). Binet adalah ahli ilmu jiwa (psycholog) Perancis, yang merintis
mengembangkan tes intelegensi yang sedikit umum. Tes Binet ini disempurnakan
oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut terkenal dengan sebutan Tes Binet
Simon. Pada usia remaja, IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar,
dan semacamnya) dan menghitung banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan
benar kemudian membandingkan dengan daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian
terpercaya). Untuk anak-anak, cara menghitung IQ adalah dengan menyuruh anak
untuk melekukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya
menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan, membuka
piintu dan menutupnya kembali, dan lain-lain).
5 komentar:
test.. test... successsss.... ^0^/
xixixii... :D
Alhamdulillaahhh... akhirnyaa.... xixi....
Cie cieee... hihiii..
Btw jam postingnya disetting buu.. ga pas tuh... :D
aq lagi nyusun skripsi nih mba,,topiknya kecerdasan intelektual dan motivasi berprestasi,,ada referensi tentang kecerdasan intelektual yg mba tau,,misalnya judul buku dan pengarang serta penerbit,,thx
boleh minta referensinya nggak untuk indikator-indikator kemampuan intelektual diambil dari buku apa ? thanks
Posting Komentar